Thursday, February 08, 2007

Manajer proyek harus tau jika bawahannya overload

Salah satu kemapuan yang harus dimiliki seorang manajer proyek (PM) adalah jeli melihat kondisi bawahan atau timnya. Kondisi anggota timnya yang overload bisa sangat memperngaruhi kinerja keseluruhan, oleh karena itu dia harus jeli melihat secara personal dari masing-masing anggota timnya. Kemampuan ini tidaklah mudah karena menyangkut psikologi manusia, seorang PM sering pula mengabaikan masalah overload ini.

Mengapa kadang sulit mengetahui seseorang overload atau tidak? Pertama adalah masalah kepedulian. PM sering tidak peduli dengan anggota timnya, yang dipikirkan PM hanyalah proyek yang selesai tepat waktu. Padahal nilai suatu proyek tidak bisa dilihat dari selesai tidaknya saja. Dalam dunia software, pekerjaan yang selesai tapi dengan kualitas yang buruk akan menjadi bom waktu bagi perusahaan. Klien menjadi tidak puas, biaya akan membengkak, tim bisa acak-acakan karena ada yang keluar dan anggota baru dan efek-efek lain yang merugikan perusahaan.

Secara psikologis, keadaan overload seorang programmer akan secara langsung mempengaruhi kualitas kerja dan otomatis mempengaruhi kualitas software yang dihasilkan. Tapi sayangnya banyak programmer yang tidak sadar dirinya overload. Programmer yang tidak sadar dirinya overload atau tidak mau mengakui dirinya overload, sayangnya sangat disukai oleh PM. Sebaiknya justru PM harus jeli melihat tipe programmer seperti ini.

Programmer atau anggota tim apapun posisinya harus dihindari dari overload. Lembur sekali dua kali dalam sebulan adalah hal yang wajar dan mungkin belum bisa dibilang overload, oleh karena itu PM juga harus punya kejelian kapan overload terjadi. Lembur hampir tiap hari yang terjadi dalam satu bulan pun bisa dikatakan tidak overload. Overload tergantung dari apa yang dikerjakan anggota tim atau individu bukan dilihat dari banyaknya kerja diluar batas waktu atau lembur.

No comments:

Followers