Thursday, December 03, 2009

Terminologi komersial perjanjian sales

Seringkali seorang project manager harus berhubungan dengan pengadaan atau pembelian barang atau jasa dari pihak ketiga untuk keperluan proyek. Oleh karena itu pengetahuan tentang aspek komersial sangat diperlukan termasuk istilah-istilah yang digunakan secara umum untuk perdagangan sehingga kita tau resiko-resiko perdagangan atau pengiriman barang dan terhindar dari biaya-biaya yang tidak diketahui. Ingat, dalam PMBOK, "Procurement Management" merupakan bagian dari Project Management yang perlu kita kuasai juga.

Dalam pengadaan barang/jasa dokumen yang biasa digunakan adalah Purchase Order (PO), Bill of Quantity (BoQ) dan atau Bill of Material (BoM). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam BoM adalah biaya transfer atau pengiriman, biaya resiko pengiriman, dan biaya pajak. Istilah-istilah yang digunanakan dalam pengiriman internasional biasaya mengacu pada INCOTERMS 2000. Incoterms adalah singkatan dari International Commercial Terms.

INCOTERMS 2000 adalah kumpulan istilah-istilah dalam perdangan yand dibuat oleh International Chamber of Commerce untuk tujuan kesamaan pengertian antara penjual dan pembeli. Penting buat kita untuk mengerti istilah-istilah ini terutama jika berhubungan dengan pengiriman dari atau ke luar negeri (export/import)

Istilah-istilah tersebut adalah:

Group E Incoterms (departure)
  • EXW (Ex works)
Group F Incoterms (main carriage unpaid)
  • FCA (Free carrier)
  • FAS (Free alongside ship)
  • FOB (Free on board)
Group C Incoterms (main carriage paid)
  • CFR (Cost and freight)
  • CIF (Cost, insurance and freight)
  • CIP (Carriage and insurance paid to)
Group D Incoterms (arrival)
  • DAF (Delivered at frontier)
  • DES (Delivered ex ship)
  • DEQ (Delivered ex quay)
  • DDU (Delivered duty unpaid)
  • DDP (Delivered duty paid)
Saya tidak akan menjelasan masing-masing istilah itu disini karena anda dapat baca di wikipedia Indonesia atau disini

Friday, November 13, 2009

One Voice Initiative


Cukup tercengang juga baca berita belum lama ini tentang One Voice Initiative, sebuah inisiatif untuk mendefisikan teknis layanan voice dan sms pada jaringan LTE.

Cukup heran karena membuat saya bertanya apalagi yang mereka (vendor-vendor dan operator-operator telekomunikasi dan para pembuat ponsel) perbuat ini?

Setelah VoLGA yang dibuat oleh beberapa vendor dan operator yang berbeda, 3GPP setidaknya memiliki jawaban atas pertanyaan apa yang harus dilakukan oleh operator untuk layanan voice dan sms dalam jaringan LTE dan continuity process layanan tersebut pada jaringan circuit-switched. Tapi sekarang beberapa vendor dan operator malah membuat inisitiatif baru untuk solusi layanan voice dan sms dalam jaringan LTE? Apa yang berbeda?




Setelah beberapa saat menyempatkan baca beberapa berita yang sama diberbagai website, seperti yang diungkapkan NSN, ternyata One Voice ini tidak membuat standar baru, tapi tetap menggunakan standar 3GPP yang berarti berbasiskan IMS atau VoIP. One Voice ini bertujuan memberikan kemudahan bagaimana deployment solusi telknologi layanan voice/sms pada jaringan LTE dengan menyelesaikan isu-isu seperti roaming dan interworking dan menjamin kompabilitas antar jaringan-jarangn serta devices (ponsel) dengan membuat common profile. Common profile merupakan pendefinisian sebuah himpunan dari fungsi-fungsi minimum yang telah dibuat 3GPP untuk digunakan oleh vendor-vendor dan para operator.

Beberapa aspek yang ada dalam cakupan OneVoice ini adalah:

• IMS basic capabilities and supplementary services for telephony
• Real-time media negotiation, transport, and codecs
• LTE radio and evolved packet core capabilities
• Functionality that is relevant across the protocol stack and subsystems

Berikut ini gambar protokol stack yang digunakan pada solusi OneVoice:

Pada level TCP/IP digunakan protokol UDP, level SIP digunakan jg SDP, RTP, RTCP dan pada level HTTP digunakan juga XCAP (lihat 3GPP TS 24.623: "Extensible Markup Language (XML) Configuration Access Protocol (XCAP) over the Ut interface for Manipulating Simulation Services").

Lebih lanjut mengenai detail teknis OneVoice dapat dibaca pada dokumen One Voice profile.

Wednesday, November 11, 2009

Kenapa kita butuh VoLGA?

Pertanyaanya sebenernarnya adalah kenapa vendor-vendor membuat spesifikasi VoLGA yaitu spesifikasi atau standar untuk layanan circuit-swirched seperti voice dan SMS di jaringan LTE. Apakah memang 3GPP tidak membuat standar untuk itu sehingga perlu forum baru yang membuat standar ini?

Pertanyaan berikutnya adalah apakah dengan didukungnya standar VoLGA ini oleh perusahaan-perusahaan besar akan membuat VoLGA digunakan secara luas dan membuat standar ini pada akhirnya, mau tidak mau, akan diadopsi oleh 3GPP?

Sebelum mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu mari kita pelajari lebih dalam 'apa', 'bagaimana' dan 'kenapa'-nya VoLGA.

VoLGA (Voice over LTE via Generic Access) adalah istilah yang merujuk pada standar atau spesifikasi yang dibuat VoLGA Forum yang dibuat untuk memberikan alternatif baru cara untuk menggunakan layanan tradisional berbasis circuit-based pada jaringan GSM maupun UMTS pada jaringan LTE.

Buat pengguna layanan telepon selular, telnologi VoLGA akan memberikan konsistensi layanan suara, SMS dan layanan-layanan lain berbasis circuit-switched saat terjadinya transisi antara jaringan akses radio GSM, UMTS dan LTE. Sedangkan buat operator, diharapkan dengan adanya VoLGA akan memberikan solusi yang murah dan sedikit resiko untuk mulai mengadopsi jaringan akses LTE tanpa harus kehilangan layanan utama yang memberikan keuntungan yang paling besar yaitu layanan suara dan SMS.

Begitulah yang dijanjikan VoLGA Forum.

VOLGA merupakan standar yang terbuka, dokumen spesifikasi dapat di-download dari website VOLGA Forum. Dokumen spesifikasi terdiri dari bagian yaitu (1) Requirement, (2) Architecture dan (3) Protocol.

Untuk mengetahui lebih detail mengenai VOLGA, silahkan baca whitepaper yang dibuat oleh penulis blog WirelessMoves ini.

Apakah di jamannya LTE nanti, circuit-switched network akan hilang?

Jawaban singkatnya: Tidak.

Sudah terlalu mapan jaringan yang berbasis ciscuit-swich dan layanannya, sudah banyak yang diinvestikan untuk jaringan tersebut, oleh karena itu LTE tidak akan cepat menggesernya.

VoIP memang sudah banyak digunakan saat ini, tapi kualitas (QoS) dari layanan ini masih dianggap belum memuaskan dibandingkan layanan voice tradisional. VoIP merupakan dasar layanan voice pada IMS, tapi kenyataannya belum banyak operator yang menggunakan IMS. Setidaknya, dibandingkan dengan waktu saat IMS rilis sebagai standar 3GPP, waktu adopsi IMS oleh operator jaringan nirkabel sangatlah lambat. Di Indonesia saja setahu saya belum ada operator yang mulai menggunakan IMS secara penuh, apalagi untuk layanan voice-nya.

Mitos, LTE hanya untuk traffic data jadi sangatlah wajar, mengingat jaringan core LTE (SAE) dibangun dengan basis jaringan paket (IP) dan alasan yang saya jelaskan diatas.

Tuesday, May 12, 2009

Roaming call flow: MSRN (Mobile Station Roaming Number)

MSRN (Mobile Station Roaming Number) adalah nomor sementara yang digunakan pada jaringan GSM untuk keperluan routing saat ada pemanggilan (terminated call) ke MS (mobile station).

MSRN dialokasikan pada seorang subscriber saat subscriber berada di visited network atau sedang roaming di jaringan operator lain. MSRN yang dialokasikan hanya bersifat sementara pada VLR/MSC. Setiap MSC biasanya memiliki range dimana MSRN bisa dialokasikan.

Pengalokasian MSRN hanya dilakukan sesaat ketika MT call akan berlangsung sampai percakapan benar-benar terjadi.

  • Ketika GMSC menerima ISUP IAM message, GMSC akan meminta informasi routing ke HLR.
  • Kemudian HLR akan meminta informasi nomor roaming (MSRN) ke serving VLR/MSC.
  • Informasi MSRN kemudian dikirimkan VLR lewat HLR ke GMSC.
  • Berdasarkan nomor MSRN, GMSC akan mengirimkan ISUP IAM message ke serving VLR/MSC.
  • Pada saat percakapan terjadi, MSRN sudah dihapus di VLR.

Gambar pada dokumen ini akan membantu pemahaman kita.

Format MSRN mengikuti penomoran E.164. Strukturnya sama dengan MSISDN yaitu

  • Country Code (CC) dari visited network
  • National Destination Code (NDC) dari visited network
  • Subcriber Number (SN) yang dialokasikan oleh visited network

Karena MSRN pada dasarnya adalah nomor MSISDN, maka range nomor ini juga harus diplan oleh sebuah operator GSM.

Tuesday, May 05, 2009

PMBOK edisi 4 (terbaru)

Memang sudah agak basi posting ini. Buat yang belum tau PMBOK edisi terbaru yaitu edisi ke-4 sudah dipublikasikan bulan Januari 2009.

Perubahan-peruban penting adalah:

  • Proses Develop Preliminary Scope Statement dihapus
  • Close Project” diubah menjadi “Close Project or Phase Plan Scope
  • Penambahan proses Collect requirements
  • Manage Project Team dipindahkan dari controlling process ke executing process
  • Manage Stakeholders diubah menjadi Manage Stakeholder Expectations
  • Penambahan proses baru yaitu Identify Stakeholders pada initiating process group yang outpunya adalah stakeholder register dan stakeholder management strategy.
  • Arrow Diagramming Method sebagai alat activity sequencing dihapus dari section 6 (Project Time Management)
  • Penjelasan tentang earned value di chapter 7 dan ditambahkan bagian tentang kalkulasi To Complete Performance Index (TCPI) pada proses Control Cost
  • Develop Project Team dan Manage Project Team dibahas lebih mendalam di chapter 9. Ini ditambah juga dengan appendix baru tentang Interpersonal Skills yang mencakup:
    • Leadership
    • Team building
    • Motivation
    • Communication
    • Influencing
    • Decision making
    • Political and cultural awareness
    • Negotiation
  • Pada chapter 12 tentang Project Procurement Management, sebelumnya terdiri dari 6 proses dirangkum menjadi 4 proses yaitu: Plan Procurements, Conduct Procurements, Administer Procurements dan Close Procurements.

    Plan purchase and Acquisitions
    dan Plan Contracting diubah menjadi Plan Procurements.
    Request Seller Responses” dan Select Sellers diubah menjadi Conduct Procurements.

  • Konsep tentang Teaming Agreements” juga diperkenalkan di chapter 12
Lebih detailnya silahkan lihat di sini

Tuesday, April 28, 2009

Metode identifikasi resiko proyek pengembangan software dengan TBQ

Cara atau metode identifikasi resiko (risk) dari suatu proyek bermacam-macam. Dalam posting ini saya akan membahas tentang metode TBQ yang dibuat spesifik untuk proyek software development.


SEI (Software Engineering Institure) adalah organisasi yang mengembangkan sebuah metode untuk identifikasi resiko dalam proyek pengembangan perangkat lunak (software development) yang disebut Taxonomy-Based Questionnaire.

Dalam membuat metode identifikasi resiko, SEI memulai dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

  • Resiko dalam software development secara general telah diketahui oleh staf teknis proyek tetapi sangat minim dikomunikasikan.
  • Sebuah metode yang terstruktur dan dalam diulangin (repeatable) dalam indentifikasi resiko dibutuhkan untuk managemen resiko yang konsisten.
  • Indentifikasi resiko yang efektif haruslah mencakup semua bagian area pengembangan dan support dari project.
  • Proses identifikasi resiko haruslah membuat dan menjaga agar terbentuk lingkungan yang tidak menghakimi (non-judgmental) dan non-attributive risk sehingga kita dapat mendengarkan pandangan-pandangan yang (tentative) dan kontroversial.
  • Sukses tidak-nya suatu proyek tidak adapat disimpulkan semata-mata dari resiko yang tidak diketahui (uncovered).

Dalam mengembangkan metode TBQ, SEI memulai dengan mendefinisikan taxonomy atau lebih tepatnya "Software Development Risk Taxonomy". Taxonomy adalah framework untuk mengorganisasi dan mempelajari isu-isu pengembangan software. Software taxonomy terdiri dari 3 kelas utama yaitu

  1. Product Engineering
    Requirement, Design, Code and Unit Test, Integration and Test, Engineering Specialities
  2. Development Environment
    Development Proceds, development System, Management Process, Management Methods, Work Environment
  3. Program Contraints
    Resources, Contract, Program Interface

Setiap kelas tersebut kemudian di-breakdown menjadi beberapa elemen dan tiap elemen dikarakterisasi dengan atribut-atribut. Dibawah ini ilustrasi diagram pohon dari software development taxonomy:



Detail taxonomy yang digunakan untuk TBQ adalah sebagai berikut




Dari taxonomy tersebut kemudian dibuat sebuah list pertanyaan untuk mengidentifikasi resiko dalam pembangunan software. List pertanyaan (questinnaire) dapat dilihat di Appendix B dari dokumen TBQ yang dipublikasikan oleh SEI. Dibawah ini adalah capture dari beberapa pertanyaan dalam TBQ.



Pelaksanaan TBQ dalam prakteknya dapat dijalankan dalam bentuk risk identification session yaitu sebuah sesi tanya-jawab (interview) dari orang-orang yang dipilih dalam proyek. Orang yang terlibat dalam diskusi adalah orang-orang dari shareholder proyek, yang mencakup orang yang berada dalam hirarki organisasi proyek maupun orang fungsional seperti developer, upport, dan lain-lain. Sebelum pelaksaan sesi identifikasi resiko yang akan berisi tanya-jawab dan klarifikasi issue, sebaiknya dilakukan training

Thursday, April 02, 2009

TAM (Technical Achitecture Modeling) = FMC + UML

Buat anda yang sering mendesain software, tentu sudah terbiasa dengan menggunakan diagram untuk menggambarkan arsitektur dari sistem yang dibangun. Anda pasti kenal UML (Unified Modeling Language). Jika anda merasa bahwa UML tidak cukup representatif untuk menggambarkan konsep arsitektur sistem yang akan dibangun, tenang saja anda tidak sendiri.

Sudah banyak orang setuju bahwa UML cukup representatif untuk menggambarkan detail desain. Tapi untuk menggambarkan arsitektur, mungkin ada baiknya anda menengok FMC (Fundamental Modeling Concept), sebuah alternatif untuk mengambarkan diagram arsitektur, hubungan antar module/elemen dan flow proses.

Dibawah ini adalah gambar yang mengilustrasikan dimana FMC "mengisi batas" antara proses perancangan architecture dengan detail design dalam proses pembangunan software.


FMC seperti halnya UML memiliki beberapa jenis diagram, untuk menggambarkan arsitektur pada tataran konsep (high level) anda bisa gunakan block diagram.

Block diagram pada FMC bersama-sama dengan diagram lain dalam UML telah menjadi standar dalam perusahaan SAP dan diberinama TAM (Technical Achitecture Modeling). Berikut ini contoh sebuah block diagram:


Gambar diambil dari artikel "How to communicate architecture – Technical Architecture Modeling at SAP"

Berikut beberapa artikel tentang TAM:
Beberapa tools untuk menggunakan TAM:

Tuesday, March 10, 2009

HSDPA

HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) merupakan pengembangan dari arsitektur WCDMA yang dispesifikasikan pada standar 3GPP Release 5. Dengan HSDPA, secara teori, maksimum kecepatan transfer downlink data (peak data rate) dapat mencapai 14.4 Mbps dari yang sebelumnya hanya mencapai 384 kbps.

Implementasi HSDPA pada jaringan operator memerlukan perubahan terutama pada Radio
Access Network (RAN) yaitu pada Node B, RNC dan juga User Equiptment (UE).

Beberapa teknologi kunci HSDPA yang merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya adalah:

  • Adaptive modulation and coding (AMC)
AMC berarti modulasi yang digunakan, jumlah kode dan code rate dioptimasi selama koneksi dengan memperhitungkan channel quality information (CQI) yang diterima dari perangkat pengguna (UE) modulasi yang digunakan misalnya QPSK, 16QAM

Channel coding digunakan untuk memperbaiki kesalahan (error) yang terjadi saat transmisi ataupun saat penerimaan sinyal radio di udara. Pada versi sebelumnya, sistem coding yang digunakan adalah half rate convolutional coding, 1/3 convolutional coding atau 1/3 turbo coding. Pemilihan jenis coding yang digunakan dilakukan oleh RNC dan berubah (dinamic) tergantung dari kondisi channel.

Beberapa vendor alat telekomukasi memilih untuk melakukan pemilihan coding scheme di BTS agar adaptasi terhadap kondisi channel lebih cepat. Contoh penggunaan coding scheme yang berbeda dengan modulasi yang sama misalnya QPSK1/4, QPSK2/4, QPSK3/4.

Selain adaptasi coding scheme, perubahan modulasi juga dilakukan berdasarkan kondisi channel. Misalnya modulasi dengan coding scheme yang berbeda-beda yang digunakan adalah QPSK1/4 QPSK2/4 QPSK3/4 16QAM2/4 16QAM3/4.

Perubahan modulasi dan coding scheme yang berbeda ditentukan dari carrier-to-interference ratio yang diterima dari UE.

Teknologi AMC ini menggantikan fitur variable spreading factor (SF) dan fast power control yang merupakan fitur dasar dari WCDMA.
  • Fast scheduling
Peningkatan pada transmission time interval (TTI) dan Node B menangani penjadwalan paket. Setiap TTI, packet scheduler di BTS melakukan pemilihan sebuah perangkat pengguna (UE) yang akan dilayani.

  • Fast retransmission
Peningkatan kecepatan retransmisi ini adalah akibat langsung dari penanganan data retransmisi oleh BTS pada layer 1. Pada rilis sebelumnya, retransmisi dilakukan oleh Radio Network Controller dengan menggunakan Radio Link Control (RLC).

Retransmisi dilakukan jika transmisi radio ataupun proses decoding data tidak berhasil sehingga UE mengirimkan informasi NACK. Pada layer 1, proses Hybrid Automatic Retransmission reQuest (HARQ) digunakan untuk mentranmisikan informasi yang benar ke UE.

Retransmisi pada layer RLC maupun TCP masih dimungkinkan juga terjadi pada HSDPA.


Pada teknologi HSDPA, diperkenalkan juga beberapa radio channel baru pada interface Uu yaitu:

- Transport channel HS-DSCH
- Physical channel, yaitu:
> HS-PDSCH, physical channel yang digunakan untuk membawa HS-DSCH
> HS-DPCCH yang digunakan untuk membawa uplink control data
> HS-SCCH yang digunakan untuk membawa dowlink control data

HSDPA data dibawa oleh HS-DSCH yang merupakan shared channel dimana data dari setiap user yang dilayani oleh sebuah cell dikirimkan. Oleh karena itu, pada jaringan HSDPA throughput yang dirasakan oleh end user bergantung dari banyaknya user yang dilayani oleh cell yang sama.

Pada HSDPA, interface Iub juga mengalami efisiensi karena menggunakan time-shared channel untuk membawa data. Hal ini dimungkinkan karena HSDPA tidak mendukung soft handover.

Implementasi HSDPA pada jaringan UMTS berpengaruh pada elemen BTS/Node B dan RNC, terutama memerlukan updagrade baik hardware maupun software. Detil keperluan implementasi HSDPA pada existing network dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Lebih lanjut tentang HSDPA dapat dibaca pada spesifikasi berikut:

  • 3GPP TS 25.855 High Speed Downlink Packet Access (HSDPA); Overall UTRAN description
  • 3GPP TS 25.856 High Speed Downlink Packet Access (HSDPA); Layer 2 and 3 aspects
  • 3GPP TS 25.876 Multiple-Input Multiple-Output Antenna Processing for HSDPA
  • 3GPP TS 25.877 High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) - Iub/Iur Protocol Aspects
  • 3GPP TS 25.890 High Speed Downlink Packet Access (HSDPA); User Equipment (UE) radio transmission and reception (FDD)

Monday, March 09, 2009

Standar IN pada jaringan CDMA

Intelligent Network pada jaringan nirkabel operator CDMA diimplementasikan dengan menggunakan standar yang disebut Wireless Intelegent Network (WIN).

Perkembangan standar WIN, secara garis besar terditi dari WIN Phase 1 (IS-771), PPC (IS-826), WIN Phase 2 (IS-848), WIN Phase 3 (IS-843)

WIN merupakan sebuat set standar atau spesifikasi yang awalnya berbasis pada standar IN CS2. Protokol IS-771 ditambahkan pada WIN Phase 1 yang mencakup layanan baru seperti
  • Calling Name Presentation (CNAP),
  • Voice Controlled Services (VCS)
  • Incoming Call Screening (ICS);

Kemudian protokol IS-826 ditambahkan sehingga WIN memiliki kapabilitas untuk Pre-Paid Charging (PPC)

Pada WIN Phase 2, ditambahkan protokol IS-848 yang mendefinisikan layanan-layanan berikut

  • Rejection of Undesired Annoying Calls (RUAC),
  • Premium Rate Charging (PRC),
  • Freephone Service (FPH)
  • Advice Of Charging (AOC)
  • Enhanced Preferred Language (EPL)
Setelah WIN Phase 2, pada standar yang dikeluarkan oleh 3GPP2, kapabilitas IN ditambah dengan PPC Enhancements for Circuit-Switched Data and SMS, kemudian Location Based Service.

Tabel dibawah ini memperlihatkan perkembangan standar WIN.


Gambar diambil dari http://www.canto.org/canto2008/doc/bahamas/Canto/DeVries/Wireless%20Intelligent%20Networking.ppt

Detil judul dari standar yang tertera pada tabel adalah sebagai berikut:
  • TIA/EIA/IS-664 Cellular Features Description
  • TIA/EIA/IS-730 Intersystem Operations Support for the IS-136 Digital Control Channel
  • TIA/EIA/IS-737 Enhancements to Circuit Mode Services (Data Services),
  • TIA/EIA/IS-751 Support IMSI
  • TIA/EIA/IS-756 Number Portability Network Support (WNP),
  • TIA/EIA/IS-764 Enhancements for Wireless Calling Name Feature Descriptions (Calling Name),
  • TIA/EIA/IS-771 Wireless Intelligent Network (WIN Triggers Phase I),
  • TIA/EIA/IS-826 WIN Pre-Paid Charging (Prepaid charging - WIN Phase II),
  • TIA-826-A Based Pre-Paid Charging Enhancements for Circuit Switched Data and Short Message
  • TIA/EIA/IS-841 (MDN Based Message Centers),
  • TIA/EIA/IS-848 Enhanced Charging Services (WIN Phase II features)
  • TIA-881 Location Services Enhancements

Thursday, January 08, 2009

Mengenal protokol jaringan operator CDMA: IS-41

IS-41 atau sering disebut ANSI-41 adalah satu set standar yang menspesifikasikan komunikasi antar elemen-elemen yang ada dalam jaringan telekomunikasi nirkabel seperti HLR, MSC, VLR, Authentication Center (AC) yang berbasis pada teknologi MPS (analog), IS-136 (TDMA), CDMA. Standar ini mencakup mobility management seperti proses identifikasi dan otentifikasi pengguna, radio system management, premrosesan panggilan seperti routing pemanggilan (call) dan juga routing panggilan saat roaming, OA&M, short message service dan lain-lain.

IS-41 yang memiliki judul "Cellular Radio Telecommunications Intersystem Operations" dibuat dan di-maintain oleh sebuah subkomite dalam organisasi TIA yaitu TR-45.2 (Wireless Intersystem Technology).Komite ini dibentuk tahun 1983 dan mempublikasikan IS-41 pada tahun 1988. Pada tahun 90-an standar ini telah mengalami beberapa revisi yaitu IS-41 revision 0, A, B, C. Hingga akhirnya secara formal distandarisasi sebagai TIA/ANSI-41D pada tahun 1997. Versi ANSI-41D ini yang saat ini banyak digunakan pada jaringan operator.

Pada jaringan GSM/UMTS ANSI-41 ini dapat disetarakan dengan MAP (Mobile Application Part). Seperti halnya MAP, message ANSI-41 juga menggunakan SS7 TCAP sebagai protokol transportnya.

IS-41 terdiri dari 5 bagian utama, yaitu:

  • IS-41.1 Functional Overview.
  • IS-41.2 Intersystem Handoff.
  • IS-41.3 Automatic Roaming.
  • IS-41.4 Operations, Administration and Maintenance.
  • IS-41.5 Data Communications.

Pada IS-41C Bagian kelima dipecah menjadi

  • IS-41.5 Signaling Protocols
  • IS-41.6 Signaling Procedures

ANSI/TIA/EIA-41-E yang merupakan set standar dari pengambangan revisi D telah dibuat. ANSI-41-E ini menggabungkan beberapa pengembangan yang tercakup dalam beberapa dokument TSB (Telecommunications Systems Bulletins sehingga menjadi sebuah interim standard (IS).

Followers