Tulisan dari LightReading berjudul "Telecom Service Broker" ini menarik untuk dibaca. Dalam artikel itu kita akan tau apa, bagaimana dan siapa yang membuat produk "telecom service broker."
Konsep telecom service broker memang sama dengan service broker yang ada di dunia IT atau Service Oriented Architecture (SOA) saat ini. Tapi perlu diingat kata pertama dalam judul itu (Telecom) membuat konteksnya agak lain.
Istilah service broker di area provider telekomunikasi ini mulai menjadi berita ketika beberapa produsen produk ini membentuk Service Broker Forum bulan Maret 2009 oleh Aepona, AppTrigger, Convergin, jNetX dan OpenCloud.
Pada dasarnya elemen telecom service broker dibuat untuk memberikan kemampuan pada operator telekomunikasi untuk melakukan konektifitas antar aplikasi, interaksi antar layanan, network orchestration dengan menggunakan standar 3GPP.
Telecom service broker juga mengadupsi konsep elemen Service Capability Interaction Manager (SCIM) dalam jaringan IMS. Perlu diketahui awalnya SCIM adalah konsep yang belum didefinisikan dengan jelas tapi sudah dituliskan pada standar IMS di 3GGP R7. Studi tentang service broker oleh 3GPP bisa dilihat di TR 23.810 Study on Architecture Impacts of Service Brokering yang merupakan bagian dari 3GPP R8.
Pada website Service Borker Forum, dijelaskan paling tidak fungsi utama dari service broker adalah
- SCIM
- IM-SSF
- IN-IN Trigger Management
- Protocol/Call Flow Management
- Subscriber Data Management Interaction
"A network element that efficiently manages service interaction and service composition and resides between the service layer and the converging network and is traditionally decoupled from the core switch and the service execution or service creation environment"
Gambar diambil dari Service Broker Webinar slide presentation
Seperti ditulis di artikel LightReading, :
"service-broker functionality has long existed in mobile networks, but that many operators were not translating this need into a defined product category"
Jadi konsep telecom service broker sejak lama dan sudah mulai diimplementasikan seiring dengan berkembangnya Parlay-X, IMS/SCIM, SDP, Next Generation IN, Telco 2.0, OneAPI dan API-API lain yang mengekspos jaringan/layanan operator telekomunikasi ke "dunia luar" (IT world/3rd parties/Internet). Dan saya pede untuk mengatakan kalo ini sebenarnya adalah strategi marketing vendor-vendor telekomunikasi yang punya produk tersebut untuk dapat menjual (atau istilah sopannya mengedukasi para customer dalam hal ini operator telekomunikasi).
Saya tidak yakin kalo operator-operator di Indonesia dalam waktu dekat akan migrasi ke MIS atau SIP dari tradisional signaling (SS7), jadi yang relevan buat operator-operator di Indonesia adalah telecom service broker yang mengekspos legacy system (seperti MSC, legacy IN, SMSC, HLR, dll) ke "dunia luar". Di beberapa operator juga banyak lebih memilih untuk mulai menggunakan SIGTRAN (SS7 over IP) dibanging migrasi menggunakan SIP.
Jadi dalam kasus telecom service broker ini yang akan jadi preferred choice di Indonesia adalah yang bisa mengekspos legacy system.
1 comment:
Saya setuju sekali dengan statement Anda bahwa "Telecom Service Broker" adalah salah satu strategi marketing vendor telco. Analisa mendalam tentang ini perlu lebih dilakukan untuk menghindari kesalahan serupa yang terjadi pada teknologi 3G dan 3.5G yang menurut saya murni hanya membuang-buang capex kita (baca: pemborosan currency karena dibeli dlm dollar/euro). sementara kita lihat India dan China mau "bersabar" untuk "tidak dibohongi" para vendor dlm implementasi 3G (tidak ada layanan 3G di sana) dengan asumsi bahwa teknologi 4G akan segera muncul dg menawarkan benefit yang jauh lebih baik.
Post a Comment