Thursday, February 02, 2006

Hati-hati mengadopsi aplikasi baru (tool) untuk software development

Kita yang bergelut di dunia IT selalu tidak mau ketinggalan dengan teknologi baru. Enhancment di dunia IT bisa terjadi setiap waktu, setiap detik. Aplikasi-aplikasi baru pun bermunculan sehingga semakin banyak alternatif. Ditabah dengan maraknya/banyaknya tools yang GRATIS, kita semakin mudah mendapatkannya.

Munculnya tools baru membuat kita tergoda untuk menggunakannya. Tapi kadang penggunakan tools atau aplikasi baru hasilnya tidak membuat kita lebih efektif bekerja. Bisa jadi penggunaan tools baru tersebut hanya menghambat pekerjaan kita, sedangkan benefitnya tidak kita dapatkan.

Contoh ini terjadi: Saya dan tim bisa menggunakan CVS sebagai aplikasi SCM atau versioning system. Dengan adanya Subversion (SVN) yang katanya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapt di CVS, kita menjadi tertarik untuk menggunakannya pada saat development. Karena tim terbiasa menggunakan CVS lewat GUI yang ada pada IDE, saat tim menggunakan SVN yang tidak disupport oleh IDE maka yang terjadi adalah tim kesulitan untuk melakukan sinkronisasi dengan repositori. Semua bisa dilakukan dan diatasi tetapi produktifitas berkurang. Waktu untuk update, commit, dan sinkronisasi pada repositori menjadi lebih lama sedangkan kemampuan baru dari SVN yang lebih baik dari CVS tidak digunakan atau bahkan memang tidak diperlukan.

Oleh karena itu penggunakan aplikasi/tools perlu pertimbangan yang matang. Perimbangan hal-hal sperti:

- Kemudahan pemakaian (baik jika ada plugin yang terintegrasi dengan IDE yang digunakan)
- Maturity dari aplikasi
- Waktu/lamanya mempelajari aplikasi baru
- Kebutuhan (requirement) development
- Jangan gunakan aplikasi baru (untuk coba-coba) pada running project

Followers