Friday, May 05, 2006

Permasalah requirement.

Dari hasil pengalaman, saya tuliskan dibawah ini beberapa kendala yang terjadi pada saat proses menspesifikasikan requirement:

  • Requirement melibatkan beberapa orang dari client yang memiliki pendapat yang berbeda mengenai suatu masalah. Kadang-kadang malah VISI yang mereka punya berbeda-beda.
  • Proses requirement tidak melibatkan end user yang benar-benar akan menggunakan software/system yang dibuat.
  • Client terlalu sibuk, dikerjar dengan pekerjaan rutinnya shingga meeting untuk requirement terganggu.
  • Business analyst menjdi frustasi karena suatu requirement yang telah dibahas panajang lebar di-drop oleh menajer client.
  • Business analyst terpatok pada satu cara/teknik requirement gathering yaitu meeting/interview (berdikusi secara langsung dengan user).
  • Meeting tidak efektif karena tidak mempertimbangkan siapa saja yang seharusnya hadir dan siapa saja yang seharusnya tidak ikut dalam meeting.
  • Manajer yang memiliki kemampuan untuk memutuskan melakukan pengambilan keputusan yang sebenarnya tidak dapat dijalankan secara teknis oleh bawahannya. hal ini bisa terjadi karena sebenarnya manajer tidak mengetahui secara detail bagaimana proses bekerja di tingkat bawah.
  • Client yang merupakan narasumber requirement, tidak mengetahui susahnya proses requirement gathering dan tidak mengetahui masalah-masalah yang akan timbul selama proses. Sehingga client mengalami frustasi sebelum proyek selesai.
  • Adanya requirement yang tertinggal, biasanya adalah non-functional requirement misalnya adanya SLA (Service Level Agreement) seberapa cepat suatu proses harus selesai. Kadang-kadang business analyst memberikan solusi yang canggih tetapi tidak memikirkan waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut.
  • Istilah yang digunakan tiap orang (client) berbeda-beda (lack of communication).
  • Client tidak benar-benar mau melakukan review terhadap requirement yang didokumentasikan. Client malas untuk membaca SRS.

Followers