Dengan adanya gembar-gembor mobile advertising yang bisa kita lihat diberbagai website, dokumen hasil market analisis serta banyaknya para vendor telekomunikasi yang masuk ke bisnis ini, maka dengan ini saya berpendapat bahwa .... booming-nya mobile advertising ini masih terlalu dibesar-besarkan. Kenyataannya bisnis ini belum terlalu besar.
Di Indonesia, beberapa operator juga sudah mulai giat menggalakan bisnis mobile advertising ini seperti XL, esia, indosat, dan lain-lain tapi belum terlihat persaingan diantara mereka pada bisnis ini.
Jadi saya setuju dengan sebuah artikel ini: mobile advertising is massively overhyped, says analyst firm.
Bisa jadi memang mobile advertising ini menjadi booming karena efektifitasnya, tetapi perlu diingat mobile ad ini bukan tanpa tanpa tantangan permasalahan. Mobile ad perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menggangu (intrusive) karena hampir semua pemilik ponsel atau perangkat bergerak mengganggap ponsel sebagai perangkat personal. Mereka membayar untuk membeli layanan sehingga iklan dapat dianggap tidak berhak masuk.
Dapat dimungkinkan nantinya pelanggan membutuhkan preimum service untuk menghindari iklan pada perangkat bergeraknya. Artikel Ad-averse Mobile Users Will Pay to Avoid Advertising memaparkan hasil survey yang menunjukan walopun 56% reponden berpendepat bahwa mendownload content harusnya bisa gratis, tetapi ada kecenderungan konsumen yang tidak menginginkan adanya iklan dan mereka memilih membayar lebih untuk menghindari iklan. Dari survey tersebut telihat juga sebenarnya, kebanyakan kalangan muda tidak keberatan untuk membayar konten yang didalamnya tidak terdapat iklan.
No comments:
Post a Comment