Sunday, October 10, 2004

UI bad practice: fake component

Kadang-kadang kita ingin mempercantik web interface, mempermudah interaksi antara user dan sistem dengan menambahkan beberapa komponen html atau komponen form html dan menambahakan script untuk otomasi interaksi atau untuk membuatnya telihat lebih indah/keren. Tapi sayangnya banyak designer UI malah membuatnya semakin rumit, sulit didebug, dan justru malah mempersulit user karena user perlu waktu untuk mempelajari komponen yang diotomasi tersebut.

Penambahan komponen-komponen form-html untuk otomasi juga membuat halaman html menjadi 'kotor'. Komponen-komponen form tersebut menjadi fake component yang membuat data yang dikirim ke server (POST/GET) menjadi panjang. Membuat parameter-parameter baru yang sebenarnya tidak pernah dibutuhkan/diproses oleh server. Sebagai contoh, misalnya untuk suatu komponen input yang bernama "currencyId", seorang designer UI yang buruk bisa jadi membuat fake component seperti "currencyCode", "currencyDescription". Kita bisa tebak apa yang dia inginkan dari nama komponent-komponent fake tersebut. Dari fake components tersebut maka data pada request POST atau URL pada request GET akan menjadi seperti ini:

...¤cyId=12&currencyCode=¤cyDesciption=&...

Dari contoh diatas kita lihat ada fake parameters yang mungkin tidak pernah ada nilainya (value). Anda mungkin berfikir tidak ada yang salah dengan hal itu karena parameter-parameter tersebut tidak memberikan kontribusi terlalu signifikan dalam performance. Memang, dengan sedikit fake component pengaruhnya tidak signifikan tapi saya tidak berbicara tentang performance disini.

Yang menjadi concern utama saya disini adalah bagaimana kita harus mendesain UI sehingga memudahkan user dan meminimalisasi fake component. Penambahan otomasi user seharusnya mengurangi jumlah iteraksi antara user dan sistem. Jika otomasi atau apapun jenis enhancement pada UI kita membuat jumlah interaksi semakin lebih banyak maka lebih baik jangan lakukan enhancement tersebut. Untuk menghitung jumlah iteraksi sangan mudah, yaitu hitung saja jumlah aksi user terkecil seperti klik, mengerakkan kursor/mouse, menekan tombol keyboard, perpindahan tangan dari mouse ke keyboard dan lain-lain.

Oh ya, jangan lupa dengan adanya fake component dan javascript untuk mengotomatisasinya maka akan sulit juga buat kita untuk menggunakan validator framework yang umum. Bisa jadi akan menambahkan fake variabels di kode sisi server kita sebagai solusi (bad practice) agar kita tidak perlu mengubah kode validator framework yang digunakan.


No comments:

Followers